Dunia Makin Prihatin Kekerasan Kamboja-Thailand
Washington: Amerika Serikat menyatakan keprihatinan atas kekerasan yang terus berlangsung antara Kamboja dan Thailand. Negara tersebut menawarkan diri untuk memfasilitasi perundingan guna meredakan konflik, dilansir dari Anadolu, Jumat (26/12/2025).
Pernyataan tersebut disampaikan Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dalam percakapan telepon dengan Perdana Menteri Kamboja Hun Manet. Rubio menegaskan kembali keinginan Presiden AS Donald Trump mewujudkan perdamaian serta mendorong penerapan penuh Kesepakatan Perdamaian Kuala Lumpur.(27/12/25).
Perjanjian tersebut ditandatangani pada Oktober lalu dalam KTT ASEAN di Kuala Lumpur. Penandatanganan perjanjian tersebut disaksikan oleh Trump serta Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim.
Advertisement
Namun, kesepakatan tersebut kemudian ditangguhkan setelah sebuah ledakan ranjau di wilayah perbatasan melukai tentara Thailand. Menanggapi situasi tersebut, Amerika Serikat menyatakan siap memfasilitasi diskusi guna memastikan perdamaian dan stabilitas antara kedua negara.
Hun Manet mengonfirmasi melalui Telegram bahwa percakapan tersebut mencakup perkembangan terkait gencatan senjata dan implementasi perjanjian damai. Ia menegaskan komitmen kuat Kamboja terhadap kesepakatan Bangkok–Phnom Penh.
Ia berharap upaya bilateral dapat menyelesaikan sengketa perbatasan serta mencapai perdamaian yang berkelanjutan. Percakapan itu berlangsung setelah Thailand dan Kamboja menggelar pembicaraan militer pertama mereka di Provinsi Chanthaburi, Thailand.
Bentrokan terbaru dimulai pada 8 Desember, sehari setelah insiden perbatasan yang melukai dua tentara Thailand. Hingga kini, jumlah korban meninggal di kedua pihak dilaporkan mencapai 96 orang.
Otoritas Thailand menyebut 24 warganya meninggal, sementara Kamboja melaporkan 31 warga sipil meninggal dunia. Hampir satu juta orang di kedua sisi perbatasan terpaksa mengungsi akibat konflik yang kembali memanas tersebut.(*)

