Hari ini
Cuaca 0oC
Headline News :

Ambisi Nuklir Negara Tiongkok ," Modernisasi Tanpa Transparansi", Apa Kata Dunia?

Beijing : Tiongkok diprediksi terus memperkuat triad nuklirnya di tengah ketegangan geopolitik global, meski Beijing tetap berkomitmen pada kebijakan 'No-First-Use'.

Foto sebatas ilustrasi

China, kekuatan nuklir terbesar ketiga di dunia setelah Rusia dan Amerika Serikat, diperkirakan akan melanjutkan penguatan persenjataan nuklirnya pada tahun 2026. Namun, para analis memprediksi Beijing tidak akan meningkatkan transparansi terkait pembangunan kekuatan militer tersebut.

Langkah ini menyusul unjuk kekuatan Beijing tahun ini yang memperkenalkan sejumlah alutsista baru. Tong Zhao, peneliti senior di Carnegie Endowment for International Peace yang berbasis di Washington D.C., menilai bahwa China memiliki kecenderungan untuk meminimalkan klarifikasi strategis terhadap negara-negara pesaingnya.

"China memiliki sedikit apresiasi terhadap nilai meyakinkan musuh mengenai tujuan akhir atau rasional militer di balik pembangunan nuklirnya," ujar Zhao kepada Newsweek Kamis 25 Desember 2025.

Pergeseran Kekuatan Global

Berbeda dengan Amerika Serikat yang secara rutin memberikan informasi resmi mengenai stok nuklirnya, China menjaga ketat kerahasiaan jumlah arsenalnya. Laporan terbaru Pentagon memperkirakan China saat ini memiliki lebih dari 600 hulu ledak nuklir, angka yang diprediksi akan melonjak melampaui 1.000 pada akhir dekade ini.

Sebagai perbandingan, Rusia memiliki sekitar 4.300 hulu ledak, sementara Amerika Serikat menyiagakan sekitar 3.700 hulu ledak. Modernisasi pesat ini dipandang sebagai bagian dari visi Presiden Xi Jinping untuk membangun militer kelas dunia pada tahun 2049 guna menantang supremasi militer AS.

Menanggapi hal tersebut, Liu Pengyu, juru bicara Kedutaan Besar China di Washington D.C., menegaskan bahwa strategi nuklir negaranya bersifat defensif.

"China mempertahankan strategi nuklir defensif, menjaga kekuatan nuklirnya pada level minimum yang diperlukan untuk keamanan nasional," kata Liu dalam pernyataan resminya.

Pencapaian Triad Nuklir dan Teknologi FOBS

Tahun ini menjadi tonggak sejarah bagi militer Tiongkok setelah mereka memamerkan rudal balistik antarbenua (ICBM) DF-5C yang diklaim mampu menjangkau seluruh dunia dengan kemampuan menembus sistem pertahanan. Dengan kemajuan pada matra darat, laut, dan udara, China kini secara efektif telah membentuk "Triad Nuklir" yang mumpuni.

Analis menyoroti potensi pengembangan sistem Fractional Orbital Bombardment (FOBS) pada rudal China. Teknologi ini memungkinkan rudal terbang melewati Kutub Selatan untuk menghindari sistem peringatan dini dan pertahanan rudal Barat.

"Washington khawatir China dapat menggunakan FOBS untuk melakukan serangan strategis terhadap target kepemimpinan AS dengan waktu peringatan yang sangat singkat," tambah Zhao.

Meski terus berekspansi, dalam Buku Putih pengendalian senjata yang dirilis baru-baru ini, Beijing menegaskan kembali kebijakan no-first-use (tidak menggunakan nuklir lebih dulu). Mereka mengklaim hanya membangun kekuatan nuklir yang "ramping dan efektif" demi stabilitas strategis global.

"Dalam membangun sistem kekuatan nuklir yang ramping dan efektif, China meningkatkan kemampuan peringatan dini strategis, komando dan kontrol, serta respons cepat," tulis dokumen resmi tersebut.

Para ahli berpendapat bahwa bagi kepemimpinan China, senjata nuklir memiliki nilai sebagai instrumen koersi politik sebuah cara untuk memaksa lawan menerima koeksistensi damai dan menghormati kepentingan inti Tiongkok, termasuk kedaulatan dan integritas wilayah.

Memasuki tahun 2026, dunia internasional akan terus memantau apakah Beijing akan melakukan uji coba peluncuran rudal tambahan untuk memverifikasi kemampuan barunya, sebagaimana yang mereka lakukan pada September 2024 lalu.(*)

Hide Ads Show Ads