Headline News

Mengenal Raja Keraton Surakarta, Beriku Daftar Para Raja Kasunanan dari Masa ke Masa

 Surakarta: Wafatnya Sri Susuhunan Pakubuwono XIII menjadi duka mendalam bagi Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.(2/11/25)

Halaman depan Keraton Mataram Surakarta (Foto: Dokumentasi Keraton Surakarta)
Halaman depan Keraton Mataram Surakarta (Foto: Dokumentasi Keraton Surakarta)

Sosoknya dikenal sebagai penerus tahta yang berupaya menjaga adat, budaya, dan marwah keraton di tengah arus modernisasi.

Meski kehilangan pemimpin utamanya, Keraton Surakarta Hadiningrat tetap berdiri kokoh sebagai pusat budaya dan sejarah Jawa. Lembaga ini terus menjadi simbol kebijaksanaan leluhur yang diwariskan turun-temurun sejak zaman Mataram Islam.

Kasunanan Surakarta berdiri pada 13 Februari 1755 menyusul penandatanganan Perjanjian Giyanti. Peristiwa bersejarah tersebut membagi Kerajaan Mataram menjadi dua kekuasaan besar, yakni Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.

Selama lebih dari dua setengah abad, Kasunanan Surakarta telah dipimpin oleh 13 raja dengan peran dan kiprah berbeda.

Berikut daftar para raja Kasunanan Surakarta dari masa ke masa beserta uraian singkat tentang mereka:

1. Sri Susuhunan Pakubuwono III (1755–1788)

Raden Mas Suryadi atau Pakubuwono III adalah pendiri Kasunanan Surakarta sekaligus raja pertama setelah Perjanjian Giyanti. Dia menjadi simbol peralihan Mataram kepada dua kekuasaan besar dengan menjaga kestabilan politik di tengah campur tangan Belanda.

2. Sri Susuhunan Pakubuwono IV (1788–1820)

Putra Pakubuwono III, Raden Mas Subadya, dikenal sebagai raja yang memperkuat tradisi keagamaan di Surakarta. Masa pemerintahannya berlangsung selama 32 tahun dengan perhatian besar pada bidang pendidikan dan kebudayaan.

3. Sri Susuhunan Pakubuwono V (1820–1823)

Raden Mas Sugandi, bergelar Amangkunegara, hanya memerintah selama tiga tahun. Meski singkat, masa pemerintahannya memperkuat struktur pemerintahan keraton yang mulai beradaptasi dengan sistem kolonial.

4. Sri Susuhunan Pakubuwono VI (1823–1830)

Raden Mas Sapardan dikenal mendukung perjuangan Pangeran Diponegoro melawan penjajahan Belanda sehingga diasingkan ke Ambon hingga wafat di sana. Karena itulah, Pakubuwono VI ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 1964.

5. Sri Susuhunan Pakubuwono VII (1830–1858)

Raden Mas Malikis Solikin naik tahta setelah pamannya diasingkan ke Ambon. Dia berperan penting dalam menjaga kesinambungan pemerintahan keraton pada masa pemulihan setelah periode Perang Diponegoro.

6. Sri Susuhunan Pakubuwono VIII (1858–1861)

Kakak dari Pakubuwono VII ini naik tahta pada usia 69 tahun. Pemerintahannya hanya berlangsung tiga tahun, tetapi dia dikenang sebagai sosok bijaksana yang menjembatani generasi keraton berikutnya.

7. Sri Susuhunan Pakubuwono IX (1861–1893)

Raden Mas Suryo Duksina dikenal sebagai raja yang mencintai sastra. Dia aktif menulis karya bernuansa filsafat Jawa dan merenovasi kompleks keraton, sehingga dijuluki Sinuhun Bangun Kedhaton.

8. Sri Susuhunan Pakubuwono X (1893–1939)

Raden Mas Sayiddin Malikul Kusno atau Pakubuwono X adalah sosok visioner yang membuka akses pendidikan bagi rakyat. Dia juga terlibat dalam pergerakan nasional dan dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 2011.

9. Sri Susuhunan Pakubuwono XI (1939–1945)

Raden Mas Ontoseno memimpin pada masa transisi kekuasaan kolonial dari Belanda ke Jepang. Dia wafat sebelum kemerdekaan Indonesia, meninggalkan jejak penting pada masa-masa sulit menjelang 1945.

10. Sri Susuhunan Pakubuwono XII (1945–2004)

Raden Mas Suryo Guritno adalah penguasa terlama dengan masa pemerintahan hampir enam dekade. Pada masanya, keraton menghadapi dinamika politik pascakemerdekaan dan upaya mempertahankan eksistensi budaya Surakarta.

11. Sri Susuhunan Pakubuwono XIII (2004–2025)

GRM Suryo Partono atau Pakubuwono XIII merupakan penerus tahta dari ayahnya, PB XII. Selama dua dekade kepemimpinannya, dia berupaya menjaga keutuhan keraton dan memperkuat nilai adat di tengah modernisasi.

Dari masa ke masa, para raja Kasunanan Surakarta menjadi penjaga tradisi, spiritualitas, dan identitas budaya Jawa. Dengan berpulangnya Pakubuwono XIII, estafet kepemimpinan keraton diyakini akan terus berlanjut dalam semangat pelestarian warisan leluhur Mataram.(*)
Posting Komentar