Hari ini
Cuaca 0oC
Headline News :

Terungkap Mengapa Pertunjukan Wayang Kulit Dimainkan Selalu Malam Hari

Karawang : Wayang Kulit merupakan kesenian pertunjukan tradisional boneka bayangan yang berasal dari Jawa Tengah, Indonesia. Pertunjukan ini dimainkan oleh seorang dalang yang menggerakkan wayang dari kulit yang terbuat dari kulit kerbau, serta diiringi musik gamelan. (4/11/25).

Pementasan Wayang Kulit Arjuna Kalajaya: Mangayubagya 80 Warsa Yuswa Dalem dalam rangka Hari Wayang Nasional 2023, Alun-Alun Selatan Yogyakarta, Jawa Tengah, Minggu (19/11/2023) (Foto: Dokumentasi/Krraton Jogja)
Pementasan Wayang Kulit Arjuna Kalajaya: Mangayubagya 80 Warsa Yuswa Dalem dalam rangka Hari Wayang Nasional 2023, Alun-Alun Selatan Yogyakarta, Jawa Tengah, Minggu (19/11/2023) (Foto: Dokumentasi/Krraton Jogja)

Pada umumnya, alur cerita yang disajikan dalam pertunjukan wayang selalu menggunakan cerita-cerita epik seperti Mahabharata dan Ramayana. Selain sebagai hiburan, wayang kulit juga memiliki fungsi spiritual, filosofis, dan sebagai sarana penyampaian pesan moral serta budaya.

Biasanya, pertunjukan wayang kulit selalu dilaksanakan pada malam hari atau semalam suntuk (menjelang subuh). Namun, bukan berarti tidak ada yang memainkan pentas wayang kulit saat siang hari.

Faktanya, justru pertunjukan wayang kulit lebih ramai dan seru jika ditonton saat malam hari.

Tentunya hal ini tidak terlepas dari dua alasan mengapa wayang kulit dilaksanakan pada malam hari.

1. Berkaitan dengan Blencong
Wayang berasal dari tembung ayang-ayang atau bayang-bayang. Dalam pementasan wayang, blencong diibaratkan sebagai matahari di dunia nyata.

Karena itu, jika pertunjukan wayang diselenggarakan pada siang hari, blencong tidak akan berfungsi sebagaimana mestinya. Sebab cahaya matahari membuat bayang-bayang wayang tidak dapat muncul.

2. Ritme Hidup Manusia (Tingkah Laku Manusia)

Singkatnya, wayang menggambarkan kebiasaan hidup, perilaku manusia, dan kondisi alam. Karena itu, wayang dapat disebut sebagai cerminan etika kehidupan.

Lakon dalam wayang menjadi simbol perjalanan manusia—sejak lahir (purwa), menjalani kehidupan (madya), hingga akhir hayat (wusana). Menariknya, pada masa lalu, masyarakat tidak melihat wujud asli wayang, melainkan bayang-bayangnya.

Oleh sebab itu, jika blencong—yang diibaratkan sebagai matahari dalam kehidupan nyata—tidak ada, maka bayangan kehidupan pun tak akan tampak. Sebab, salah satu sumber energi dan penerang terbesar bagi kehidupan adalah matahari.(*)

Hide Ads Show Ads