Breaking News
---

Herman Beberkan Dua Strategi Atasi Stunting di Jabar

 Sekda Provinsi Jawa Barat Herman Suryatman menyebut ada dua strategi yang harus dilakukan guna menurunkan prevalensi stunting di Jawa Barat. 

Sekda Provinsi Jawa Barat Herman Suryatman

Herman menyebutnya sebagai strategi sederhana namun harus terus dilakukan dan rutin diupayakan di lapangan.

Herman mengungkapkan hal itu saat ditemui usai membuka Rapat Koordinasi Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat (GWPP) dalam rangka pengentasan kemiskinan di Grand Sunshine, Kabupaten Bandung, Selasa (30/4/2024). Rakor ini bertujuan membangun sinergi antarperangkat daerah di 27 kota dan kabupaten dalam upaya peningkatan pemahaman fungsi dan peran gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah untuk pengentasan kemiskinan di Jabar. 

Hadir dalam rakor tersebut para sekretaris daerah dan kepala perangkat daerah terkait dari 27 kota dan kabupaten se-Jawa Barat.

“Saya kira sederhana saja, tapi yang menjadi sulit adalah eksekusinya dan itu butuh komitmen dari pemprov, pemkab, dan pemkot. Ayo kita bareng-bareng eksekusi,” ujarnya.

Lanjutnya, dua strategi yang dimaksud tersebut meliputi dua hal. Pertama, sebelum kelahiran pada ibu hamil, pastikan ibu hamil mendapatkan tablet tambah darah (TTD). Juga memeriksakan diri ke petugas kesehatan minimal enam kali serta mendapatkan protein hewani seperti telur, daging, ikan, dan susu.

Kedua, setelah kelahiran, sasarannya adalah balita 0-6 bulan untuk dipastikan mendapatkan air susu ibu (ASI) eksklusif. Balita 7-24 bulan supaya dipastikan selain mendapatkan Makanan Pendamping ASI (MPASI), juga protein hewani.

Herman menuturkan, dengan penanganan mulai dari hulu sampai hilir, maka kemiskinan dan stunting di Jabar bisa menurun signifikan. Yakni, mulai dari remaja, pasangan usia subur/calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, dan anak berusia 0-59 bulan.

“Entaskan kemiskinan, wujudkan zero new stunting. Insyaallah, angka kemiskinan dan stunting di Jabar akan menurun. Sekali lagi angka Jawa Barat adalah agregasi kabupaten dan kota. Karena itu, kuncinya adalah sinergi, kolaborasi atau dalam bahasa Sunda adalah sabilulungan,” ungkap Herman.

Di bagian lain, Herman menyebut ada tiga strategi untuk melakukan skema percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem di Jabar. Pertama, yakni melalui penurunan beban pengeluaran masyarakat.

“Kurangi beban pengeluaran, antara lain pastikan masyarakat miskin, terutama miskin ekstrem mendapatkan perlindungan, bantuan, dan jaminan sosial sehingga beban pengeluarannya bisa diminimalisasi,” kata Herman.

Kedua, dengan meningkatkan pendapatan masyarakat miskin dengan mempermudah aksesibilitas terhadap permodalan dan izin usaha. Ini mendorong pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) sehingga masyarakat miskin tidak banyak yang lari ke bank emok atau rentenir.

“Jadi yang miskin harus diberikan kemudahan untuk mengakses lembaga-lembaga keuangan formal. Karena itu, kita akan fasilitasi juga masyarakat miskin agar literate, kemudian punya persyaratan-persyaratan minimal untuk usaha serta memiliki NIB,” ujar Herman.

“Kita akan siapkan dan akselerasi sehingga yang miskin bisa mengakses keuangan formal, berbasis syariah, yang tentu dengan jasa yang murah dan sangat kompetitif. Insyaallah, yang miskin bisa meningkatkan pendapatannya,” imbuhnya.

Ketiga, meminimalkan wilayah kantong kemiskinan melalui kolaborasi bersama program strategis kabupaten dan kota maupun provinsi.(*)

Baca Juga:
Posting Komentar
Tutup Iklan