Headline News

Awal Pekan, Nilai Tukar Rupiah Ngabret

 Karawang : Nilai tukar rupiah dibuka menguat terhadap dolar AS dalam perdagangan awal pekan. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah naik 0,11 persen atau 18 poin menjadi Rp16.672 per dolar AS.


Lembaran uang rupiah bergambar pahlawan proklamator (Foto: Dokumentasi/BI)
Lembaran uang rupiah bergambar pahlawan proklamator (Foto: Dokumentasi/BI)

Pada Jumat kemarin, posisi rupiah di level Rp16.690 per dolar AS. Analis Pasar Uang, Fikri C. Permana memperkirakan rupiah akan menguat hari ini ke level Rp16.680 per dolar AS.

Perkembangan indeks konsumen Amerika Serikat, menjadi faktor eksternal yang mempengaruhi pergerakan rupiah terhadap dolar AS. “Perubahan indeks konsumen di AS diharapkan berdampai positif pada penurunan suku bunga the Fed lebih lanjut,” kata Fikri, Senin (10/11/2025).

Sentimen konsumen di AS sejak November 2024 telah menurun sebesar 29,9 persen. Yakni sejak Donald Trump terpilih untuk kedua kalinya sebagai Presiden AS.

Sedangkan di dalam negeri, tambah Fikri, sentimen pasar dipengaruhi oleh laporan pejualan motor di Indonesia yang meningkat di bulan Oktober.

Berdasarkan laporan Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), penjualan motor sepanjang Oktober 2025 sebanyak 590.362 unit. Penjualannya meningkat 4,08 secara bulanan dibandingkan September 2025.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) menegaskan kembali komitmennya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan punya kecederungan menguat. Karenanya BI akan selalu berada di pasar dengan memaksimalkan instrumen-instrumen yang ada.

“BI melakukan intervensi di pasar spot, di pasar NDF (luar negeri), di pasar DNDF (dalam negeri). Termasuk opsi untuk pembelian SBN di pasar sekunder, dalam rangka menjaga pergerakan rupiah tetap stabil,” kata Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso.

Denny menyatakan keyakinannya, rupiah akan cenderung menguat dengan melihat sejumlah faktor. Diantaranya, pertumbuhan ekonomi yang masih menguat, inflasi yang rendah, serta cadangan devisa yang lebih dari cukup.

Selain itu, daya tarik pasar Surat Berharga Negara (SBN) juga masih cukup baik. “Yang perlu ditegaaskan , prospek ekonomi Indonesia ke depan masih sangat besar utamanya dari sisi pertumbuhan,” kata Ramdan Denny.(*)
Posting Komentar