Headline News

DPR Desak Segera Investigasi Dugaan Air Kemasan dari Sumur Bor

 Jakarta : Anggota Komisi VI DPR RI, Rivqy Abdul Halim, mendesak dilakukannya investigasi atas temuan yang mengungkap bahwa sumber air kemasan merek Aqua diduga berasal dari sumur bor, bukan mata air pegunungan seperti yang selama ini diklaim dalam iklan.(24/10/25).


Foto: Ilustrasi Air Mineral Kemasan.
Foto: Ilustrasi Air Mineral Kemasan.

Rivqy menilai temuan tersebut menimbulkan keraguan publik dan berpotensi melanggar Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, terutama terkait hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar dan jujur.

“Kok beda dengan klaim di iklan? Di iklan disebutkan dari mata air pegunungan terpilih dan diproses tanpa rekayasa. Kontradiksi ini jelas menimbulkan pertanyaan masyarakat,” ujar Rivqy kepada wartawan, Jumat, 24 Oktober 2025.

Politisi asal Jawa Timur IV itu menegaskan, jika terbukti adanya pelanggaran, pihak perusahaan harus diberi sanksi tegas. Ia juga mengingatkan potensi kerusakan lingkungan akibat pengambilan air tanah secara besar-besaran tanpa kajian mendalam.

Menurut Rivqy, Komisi VI DPR akan mendorong pembentukan tim investigasi untuk menelusuri dampak pengeboran terhadap lingkungan dan keamanan produk.

“Kami ingin mengetahui apakah aktivitas tersebut merugikan masyarakat sekitar atau membahayakan konsumen,” jelasnya.

Sebagai langkah awal, Komisi VI akan memanggil sejumlah pihak terkait, antara lain Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), YLKI, LPKSM, serta PT Tirta Investama selaku produsen Aqua, guna meminta keterangan dan data faktual.

“Data dan fakta yang diterima akan diuji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,” tegas Rivqy.

Ia menambahkan, DPR berkomitmen menegakkan UU Perlindungan Konsumen secara adil dan konsisten.

“Siapa pun yang melanggar harus diberi sanksi, dan konsumen yang dirugikan wajib mendapat ganti rugi,” pungkasnya.

Sebelumnya, isu ini mencuat setelah Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi melakukan inspeksi mendadak ke salah satu pabrik Aqua di Subang.

Dalam kunjungan itu, terungkap bahwa sumber air produksi berasal dari sumur bor sedalam 100 meter, bukan dari mata air pegunungan. Temuan tersebut memicu kekhawatiran akan dampak lingkungan seperti pergeseran tanah akibat pengeboran dalam skala besar (*).
Posting Komentar