Trump: Fasilitas Nuklir Iran Hancur Total, Siap Perang atau Damai Sekarang!, Khamenei Siapkan 3 Pengganti Rahasia, Jika Sang Pemimpin Tewas
Amerika Serikat: Trump umumkan serangan AS “berhasil sempurna” hancurkan fasilitas nuklir utama Iran; peringatkan balasan Iran akan dibalas “dengan kekuatan jauh lebih besar".
Dunia terkejut setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan bahwa tiga fasilitas nuklir utama milik Iran telah “dihancurkan total” dalam serangan udara besar-besaran yang dilakukan militer AS. Pernyataan ini disampaikan langsung oleh Trump dalam pidato resminya dari Gedung Putih, Sabtu pagi waktu setempat.
“Tujuan kami adalah menghancurkan fasilitas pengayaan nuklir Iran, dan serangan ini merupakan kesuksesan militer yang spektakuler,” tegas Trump. “Fasilitas-fasilitas utama itu kini telah benar-benar dilenyapkan.”
Langkah agresif Washington ini mendapat dukungan penuh dari Israel. Menteri Luar Negeri Israel Gideon Sa’ar bahkan menyebut nama Trump telah ditulis “dengan tinta emas” dalam sejarah karena keberaniannya melakukan serangan ini. Ia juga menyebut bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berperan besar dalam mendorong keputusan bersejarah tersebut.
“Keputusan Trump menunjukkan keberanian luar biasa. Ini adalah langkah historis yang dipimpin oleh PM Netanyahu.”
— Gideon Sa’ar melalui akun X, dikutip dari BBC, Minggu (22/6)
Namun, eskalasi belum berakhir. Melalui platform Truth Social, Trump mengeluarkan ancaman keras kepada Iran untuk tidak membalas serangan ini.
“SETIAP BALASAN DARI IRAN AKAN DITANGGAPI DENGAN KEKUATAN YANG JAUH LEBIH BESAR DARI APA YANG DILIHAT MALAM INI.”
— Donald Trump, Truth Social, Minggu (22/6)
Serangan ini memicu ketegangan luar biasa di kawasan Timur Tengah. Hingga saat ini, belum ada konfirmasi dari pihak Iran mengenai skala kerusakan maupun rencana balasan. Namun, analis militer memperkirakan bahwa konflik terbuka antara kedua negara besar ini berpotensi memicu perang regional yang lebih luas.
Di tengah serangan Israel, Ayatollah Khamenei berlindung di bunker dan titipkan tiga nama suksesi ke Majelis Ahli untuk antisipasi kematian atau pembunuhan.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dilaporkan telah menetapkan tiga nama calon penggantinya secara rahasia jika dirinya tewas dalam situasi genting saat ini. Hal ini muncul di tengah meningkatnya serangan Israel ke Republik Islam Iran melalui Operasi Rising Lion, yang bertujuan melumpuhkan kemampuan nuklir Teheran.
Mengutip laporan The New York Times yang bersumber dari pejabat Iran tanpa nama, Khamenei (86 tahun) tidak hanya mempersiapkan transisi kepemimpinan tertinggi, tetapi juga telah menyiapkan pengganti untuk komando militer yang mulai terpukul akibat serangan udara Israel sejak 13 Juni lalu.
Lebih lanjut, laporan tersebut menyebut bahwa Ayatollah Khamenei saat ini bersembunyi di dalam bunker dan hanya berkomunikasi dengan lingkaran dalamnya melalui seorang ajudan kepercayaan. Sementara itu, komunikasi elektronik sepenuhnya ditangguhkan karena kekhawatiran terhadap serangan siber dan intelijen asing.
“Khamenei telah menunjuk tiga ulama senior sebagai kandidat pengganti dirinya jika dia terbunuh,” tulis The New York Times
Menurut sumber yang sama, Majelis Ahli badan ulama Iran yang memiliki kewenangan memilih Pemimpin Tertinggi sudah menerima ketiga nama tersebut untuk mempercepat proses suksesi jika dibutuhkan secara darurat. Biasanya proses ini bisa memakan waktu berbulan-bulan, namun Khamenei menghendaki transisi cepat demi stabilitas rezim dan kelangsungan revolusi Islam.
Menariknya, dari laporan itu pula diketahui bahwa nama putra Khamenei, Mojtaba Khamenei—yang sebelumnya dirumorkan kuat sebagai penerus ayahnya tidak termasuk dalam daftar calon tersebut. Hal ini dianggap sebagai langkah untuk meredam kekhawatiran publik akan munculnya dinasti teokratis.
“Kita belum melihat tanda-tanda pemberontakan rakyat. Sebaliknya, ada kekhawatiran besar di tengah publik tentang tujuan akhir Israel,” kata Hamidreza Azizi, peneliti tamu di German Institute for International and Security Affairs, kepada Newsweek
Di sisi lain, ancaman terhadap fasilitas nuklir Iran semakin nyata. Lokasi Fordow yang dijaga ketat dan berada di bawah tanah disebut-sebut bisa dihancurkan oleh bom penghancur bunker GBU-57 milik AS yang diluncurkan lewat pesawat siluman B-2.
Namun para pakar, termasuk John Sawers, mantan Kepala MI6 Inggris, menyatakan bahwa meskipun fasilitas itu dihancurkan, hal tersebut belum tentu menggulingkan rezim di Teheran.
Spekulasi mengenai keterlibatan langsung Amerika Serikat juga terus bergulir. Mantan Presiden AS Donald Trump menyatakan akan mengumumkan keputusan terkait dukungan militer penuh kepada Israel dalam dua pekan ke depan, sebuah langkah yang disebut Menlu Iran Abbas Araghchi sebagai “sangat berbahaya.”
Dengan konflik yang terus memanas dan publik Iran berada dalam ketidakpastian, penunjukan tiga pengganti oleh Khamenei menjadi sinyal kuat bahwa pemimpin tertinggi tersebut tak sekadar bersiap menghadapi serangan fisik namun juga krisis legitimasi dan masa depan republik Islam itu sendiri.(*)