Tiket Pesawat Domestik Lebih Mahal dari ke Luar Negeri? Ini Penjelasannya
Karawang : Banyak orang terkejut ketika mendapati tiket pesawat dari Jakarta ke Singapura lebih murah dibandingkan tiket ke destinasi dalam negeri seperti Labuan Bajo atau Natuna.
Fenomena ini bukan kebetulan semata, tetapi mencerminkan masalah struktural yang memengaruhi industri penerbangan domestik di Indonesia.
Tingginya harga tiket pesawat domestik berdampak besar terhadap mobilitas masyarakat dan pertumbuhan pariwisata nasional. Ketika harga transportasi udara dalam negeri tidak kompetitif, destinasi wisata lokal menjadi kurang menarik dibandingkan dengan pilihan luar negeri yang lebih terjangkau.
Senior Researcher SDGs HUB UI dan Dosen Pascasarjana Institut Pariwisata Trisakti, Sri Mariati, melihat persoalan ini bukan sekadar keluhan biasa. Menurutnya, mahalnya tiket pesawat domestik punya dampak nyata terhadap mobilitas masyarakat, pertumbuhan pariwisata nasional, dan bahkan potensi ketimpangan ekonomi antardaerah.
Beberapa faktor menjadi penyebab utama tingginya harga tiket pesawat domestik. Pertama adalah regulasi tarif batas atas dan bawah yang diterapkan pemerintah. Meski bertujuan untuk menjaga kestabilan industri dan melindungi konsumen, aturan ini secara tidak langsung membatasi fleksibilitas harga. Maskapai cenderung menetapkan harga mendekati batas atas, terutama di rute yang tingkat persaingannya rendah.
Faktor berikutnya adalah tingginya biaya operasional maskapai. Harga bahan bakar avtur yang dipengaruhi pasar global dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menjadi komponen biaya terbesar. Selain itu, biaya perawatan pesawat, sewa armada, hingga biaya kebandarudaraan turut memperberat beban maskapai, yang akhirnya dibebankan ke konsumen melalui harga tiket.
Pajak dan biaya tambahan juga memainkan peran penting. Untuk penerbangan domestik, ada komponen pajak seperti PPN dan berbagai pungutan lain yang secara akumulatif membuat harga tiket melonjak. Di sisi lain, penerbangan internasional sering kali memiliki skema pajak dan biaya layanan yang berbeda atau lebih ringan, sehingga lebih kompetitif di pasar.
Dinamika persaingan juga menjadi pembeda. Penerbangan internasional melibatkan lebih banyak maskapai dengan armada besar dan rute variatif, sehingga persaingan ketat mendorong harga lebih kompetitif. Sebaliknya, di banyak rute domestik, terutama ke wilayah timur Indonesia, jumlah maskapai yang melayani masih terbatas. Kurangnya pilihan ini membuat harga tetap tinggi karena permintaan tidak diimbangi dengan ketersediaan kursi.
Meski begitu, regulasi tarif sebenarnya memiliki peran penting dalam menjaga keberlangsungan industri penerbangan dan keselamatan penumpang. Namun, tantangannya adalah bagaimana menciptakan keseimbangan antara keberlanjutan industri dan keterjangkauan harga bagi masyarakat.(*)