Capeknya Jadi Independent Women, Kok Bisa?
Karawang : Independent women menggambarkan sosok wanita yang bisa melakukan banyak hal dengan kemampuannya sendiri.
Menjadi perempuan mandiri memang memiliki banyak kelebihan, seperti memiliki kebebasan dan kepercayaan diri.
Kebebasan tanpa aturan yang merenggut kebebasan wanita dalam melakukan segala sesuatu. Tanpa kekangan, hanya berjalan sesuai yang dilakukan dan yang diinginkannya demi mendapat kelayakan dan kebahagiaan.
Sekarang ini, sepertinya trend Independent Women semakin meningkat khususnya pada perempuan yang baru menginjak usia dewasa. Mereka seperti bercita-cita ingin jadi independent women yang menunjukkan kemampuannya.
Semakin ke sini independent women bukan hanya menjadi ajang pembuktian bahwa aku bisa Looh.
- Aku bisa cari uang sendiri
- Aku bisa biayai dan mengurus kebutuhan aku dan keluarga tanpa bantuan siapapun
- Aku bisa berdiri di kaki sendiri dengan usahaku tanpa bantuan siapapun
Dengan ini, bukankah perempuan sudah jadi sombong dan takabur karena merasa segalanya karena usahanya tidak ada peran lain selain dirinya. Apa dia juga lupa adanya Allah yang mengatur?
Dan juga tak sadarkah perempuan, bahwa kalian sudah dimanfaatkan oleh sistem yang sekarang ini. Sistem kapitalis yang hanya melihat keuntungan. Wanita benar-benar dimanfaatkan. Dari mengatasnamakan independent woman inilah mereka memanfaatkan dan mengeksploitasi wanita.
Wanita seperti dipaksa bekerja, lihat faktanya sekarang ini banyak wanita yang mendominasi pekerja baik pekerja industri, perkantoran, bahkan sampai ke ojek dan ekspedisi ada didalamnya pekerja wanita.
Minimnya pekerjaan Laki-laki membuat kodratnya laki-laki sebagai pencari nafkah hilang tergantikan perempuan.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
ٱلرِّجَالُ قَوَّٰمُونَ عَلَى ٱلنِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بَعۡضَهُمۡ عَلَىٰ بَعۡضٍ وَبِمَآ أَنفَقُواْ مِنۡ أَمۡوَٰلِهِمۡ ۚ فَٱلصَّٰلِحَٰتُ قَٰنِتَٰتٌ حَٰفِظَٰتٞ لِّلۡغَيۡبِ بِمَا حَفِظَ ٱللَّهُ ۚ وَٱلَّٰتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَٱهۡجُرُوهُنَّ فِي ٱلۡمَضَاجِعِ وَٱضۡرِبُوهُنَّ ۖ فَإِنۡ أَطَعۡنَكُمۡ فَلَا تَبۡغُواْ عَلَيۡهِنَّ سَبِيلًا ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا
Artinya: "Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan-perempuan yang saleh, adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Maha Tinggi, Maha Besar."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 34)
"Sesungguhnya Allah SWT mencintai setiap orang beriman yang bekerja (mencari nafkah), yang merupakan ayah dari keluarga (tulang punggung keluarga). Dan (Allah) tidak suka kepada penganggur (tidak bekerja) yang sehat, baik dalam urusan dunia maupun akhirat." (HR. Ibnu Umar).
Dan peran laki-laki yang perkasa menjadi terimage-kan lemah, malas, suka tidur-tiduran dan lain sebagainya, itu semua karena minimnya peluang pekerja laki-laki dibandingkan perempuan.
"Tidak ada yang lebih baik dari usaha seorang laki-laki kecuali dari hasil tangannya (bekerja) sendiri. Dan apa saja yang dinafkahi oleh seorang laki-laki kepada diri, istri dan anak adalah termasuk sedekah" (HR. Ibnu Majah).
“Sesungguhnya di antara dosa-dosa itu, ada yang tidak dapat terhapus dengan puasa dan shalat”. Maka para sahabat pun bertanya: “Apakah yang dapat menghapusnya, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: ”Bersusah payah dalam mencari nafkah.” (HR. Bukhari)
Perempuan yang harusnya lembut karena terpaksa harus berjuang dan terpaksa harus berdiri dikaki sendiri, berkompetisi dengan dunia kerja menjadikan sosok perempuan yang keras, lalu bagaimana nanti bisa menjadi seorang yang mendidik anak-anaknya jika selalu direpotkan dengan pekerjaan luarnya?
Dan Coba kita lihat di dalam iklan, banyaknya model wanita yang mendominasi dari mulai iklan sabun mandi, sabun cuci, handbody, shamphoo dan lain sebagainya terpampang nyata perempuan. Dan yang mirisnya tak sedikit modelnya memakai pakaian seksi, terbuka auratnya, memperlihatkan beberapa bagian tubuhnya.
Padahal Allah sudah melindungi kita perempuan dengan wajibnya menutup aurat sebagai bentuk menghormati dan penjagaan terhadap wanita tapi demi keuntungan semata perempuan dijadikan objek penghasilan cuan.
Bukan berarti perempuan tidak boleh berpendidikan tinggi, mempunyai pekerjaan bagus, jabatan tinggi, karir bagus tapi ada area dimana memang perempuan harus dijaga, dilindungi seperti adanya jadwal kerja malam itu khusus laki-laki, tidak adanya pekerja perempuan yang bekerja pada malam hari demi menjaga kehormatan dan keselamatan perempuan.
Tapi kalau sistem kapitalis ini tidak pandang bulu mau laki-laki ataupun perempuan sama saja yang penting menghasilkan keuntungan, menghasilkan cuan tidak peduli apapun yang akan terjadi, itu masalah nanti.
Miris tidak?
Udah dijadikan alat penghasil cuan tapi tidak dipedulikan keselamatan dan kehormatannya, memang kita perempuan apa.
Sistem Islam yang melindungi perempuan
Hukum asal seorang perempuan adalah ibu dan pengatur rumah tangga. Perempuan merupakan kehormatan yang wajib dijaga.
Dalam Islam sangat menjungjung tinggi menjaga, menghormati dan melindungi perempuan. Dari mulai di wajibkannya menutup aurat sehingga tidak adanya perempuan yang dipandang sebelah mata, menjadi perempuan yang terhormat.
Dalam Al Qur'an dijelaskan dalam Surat Al Ahzab Ayat 59 dan Surat An Nur Ayat 31
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِيُّ قُل لِّأَزۡوَٰجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَآءِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ يُدۡنِينَ عَلَيۡهِنَّ مِن جَلَٰبِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدۡنَىٰٓ أَن يُعۡرَفۡنَ فَلَا يُؤۡذَيۡنَ ۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا
Artinya: "Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, "Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. Al-Ahzab 33: Ayat 59)
وَقُل لِّلۡمُؤۡمِنَٰتِ يَغۡضُضۡنَ مِنۡ أَبۡصَٰرِهِنَّ وَيَحۡفَظۡنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبۡدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنۡهَا ۖ وَلۡيَضۡرِبۡنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّ ۖ وَلَا يُبۡدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوۡ ءَابَآئِهِنَّ أَوۡ ءَابَآءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوۡ أَبۡنَآئِهِنَّ أَوۡ أَبۡنَآءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوۡ إِخۡوَٰنِهِنَّ أَوۡ بَنِيٓ إِخۡوَٰنِهِنَّ أَوۡ بَنِيٓ أَخَوَٰتِهِنَّ أَوۡ نِسَآئِهِنَّ أَوۡ مَا مَلَكَتۡ أَيۡمَٰنُهُنَّ أَوِ ٱلتَّٰبِعِينَ غَيۡرِ أُوْلِي ٱلۡإِرۡبَةِ مِنَ ٱلرِّجَالِ أَوِ ٱلطِّفۡلِ ٱلَّذِينَ لَمۡ يَظۡهَرُواْ عَلَىٰ عَوۡرَٰتِ ٱلنِّسَآءِ ۖ وَلَا يَضۡرِبۡنَ بِأَرۡجُلِهِنَّ لِيُعۡلَمَ مَا يُخۡفِينَ مِن زِينَتِهِنَّ ۚ وَتُوبُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ
Artinya: "Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka mengentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung." (QS. An-Nur 24: Ayat 31)
Perempuan memiliki hak sama dalam pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, berdagang, pekerja industri ataupun perkantoran dan juga dalam jual beli. perempuan boleh bekerja tapi dengan aturan dan batasan yang sangat menjaga dan menguntungkan perempuan itu sendiri, misalnya tidak adanya jadwal kerja malam bagi perempuan.
Dalam buku Taqiyuddin An-Nabhani, dalam Islam saat setelah perempuan menjadi istripun sudah diatur sedemikian rupa untuk melindungi perempuan. Suami dan istri bekerja secara harmonis dalam tugas-tugas berumahtangga seperti semua urusan yang diluar rumah dilakukan laki-laki karena laki-laki nantinya akan berperan menjadi pencari nafkah maka laki-laki dari mulai baligh diberi pendidikan tentang perannya sebagai pencari nafkah dan juga diberi peluang pekerjaan banyak oleh pemerintah. Sehingga tumbuh dalam diri laki-laki rasa tanggung jawab.
Sedangkan perempuan mengerjakan urusan yang ada di dalam rumah sesuai kemampuannya. Jika perempuan tidak sanggup melakukannya karena kepayahan dalam mengurus urusan rumah misalnya banyaknya anak yang harus dijaga dan dididik mengakibatkan rumah tidak terawat atau istri sakit maka suami wajib menyediakan pembantu untuk membantu pekerjaan istri.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَمِنۡ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنۡ خَلَقَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٰجًا لِّتَسۡكُنُوٓاْ إِلَيۡهَا وَجَعَلَ بَيۡنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحۡمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَٰتٍ لِّقَوۡمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Artinya: "Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir."
(QS. Ar-Rum 30: Ayat 21)
“Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik bagi keluarganya, dan aku adalah yang terbaik bagi keluargaku.” (HR. Tirmidzi)
Maa syaaALLAH enak sekali ya jadi perempuan, pingin rasanya hidup dalam aturan Sistem Islam yang benar-benar pengayomi, melindungi, menjaga kehormatan perempuan. Menjadi makhluk ALLAH yang spesial.
Waalahu'alam.
Penulis: Nurpiani, S. Kom