Ribuan WN China Dijebak Jadi Penipu di Asia Tenggara
Font Terkecil
Font Terbesar
Karawang : Otoritas China melancarkan upaya propaganda dan penegakan hukum besar-besaran, menyerukan peringatan dan tindakan tegas terhadap sindikat penipuan siber bernilai miliaran dolar di Asia Tenggara, terutama di perbatasan Myanmar.
Operasi ini menyoroti industri penipuan yang telah menjebak ribuan warga negara China, memaksa mereka menjadi penipu daring (scammers), dan meraup miliaran dolar dari korban di Tiongkok.
Penindakan keras ini dikemas dalam serangkaian film dokumenter di media pemerintah China, memberikan pandangan langka ke dalam sistem peradilan negara tersebut. Salah satu adegan memperlihatkan seorang anggota keluarga mafia terkemuka, Chen Dawei, diinterogasi.
"Apakah saya harus merasakan sesuatu?" tanya pria bermata tajam itu, duduk di sel berlapis busa dengan borgol, saat ditanyai tentang dugaan perintah pembunuhan terhadap orang asing.
“Saya tidak terlalu merasakan apa-apa,” ujar Chen Dawei, anggota keluarga Wei yang terkenal kejam, salah satu kelompok mafia kuat yang beroperasi tanpa hukuman selama bertahun-tahun di kota perbatasan Laukkaing, Myanmar.
Keluarga-keluarga Mafia di balik industri gelap ini seperti keluarga Wei, Liu, Ming, dan Bai yang dikenal sebagai 'Godfathers' Laukkaing, kini menjadi target utama.
Hukuman Setimpal untuk Godfathers
Di bawah kekuasaan kelompok-kelompok ini, Laukkaing berubah dari daerah terpencil yang miskin menjadi pusat kasino dan distrik lampu merah.
Belakangan, mereka mendirikan "peternakan penipuan" (scam farms), tempat orang-orang disekap dan dipaksa menipu orang asing secara online di bawah ancaman kekerasan brutal atau bahkan kematian.
Banyak korban jebakan adalah warga China yang menargetkan korban di China.
Kekaisaran keluarga-keluarga ini runtuh pada tahun 2023 setelah otoritas Myanmar menangkap mereka dan menyerahkannya ke China.
Sejak saat itu, pengadilan China telah menjatuhkan hukuman berat. Sebelas anggota klan Ming dan lima anggota klan Bai telah dijatuhi hukuman mati, sementara lusinan lainnya menerima hukuman penjara yang lama. Penuntutan untuk keluarga Liu dan Wei sedang berlangsung.
Pesan yang ingin disampaikan oleh Beijing, seperti yang diungkapkan oleh seorang penyidik, jelas:
“Ini untuk memperingatkan orang lain, tidak peduli siapa Anda, di mana pun Anda berada, selama Anda melakukan kejahatan keji terhadap orang China, Anda akan membayar harganya.” Kutip BBC News
Daya Tarik Palsu dan Kengerian Kekerasan.
Banyak pekerja China yang menjadi korban jebakan diiming-imingi tawaran pekerjaan menggiurkan, yang menjadi daya tarik di tengah perlambatan ekonomi dan tingginya angka pengangguran kaum muda di China.
Namun, menurut otoritas China, di balik dinding kompleks penipuan mereka, berkembanglah budaya kekerasan yang keji. Kesaksian para pekerja yang dibebaskan menunjukkan pola pelecehan yang sama: jari dipotong, sengatan tongkat listrik, dan pemukulan rutin.
Kisah-kisah horor ini telah merasuk ke dalam budaya populer China. Film blockbuster tahun 2023, No More Bets, tentang warga China yang diperdagangkan ke scam farm di luar negeri, bahkan membuat jutaan turis China menjauhi Thailand, yang dikenal sebagai pusat transit ke pusat penipuan di Myanmar dan Kamboja.
Respons China dan Data Penangkapan
Selina Ho, seorang profesor di National University of Singapore yang berspesialisasi dalam politik China, mengatakan kepada BBC bahwa:
“Dengan mempublikasikan tindakan keras terbaru, pihak berwenang China bertujuan untuk menenangkan sentimen domestik dan meyakinkan keluarga para korban.”
PBB memperkirakan bahwa ratusan ribu orang masih terjebak di pusat-pusat penipuan di seluruh dunia. Parahnya, banyak dari operasi ini dijalankan oleh warga negara China sendiri, sebuah fakta yang merusak citra China di mata internasional.
Sejak tahun 2023, otoritas China dan Myanmar dilaporkan telah menangkap lebih dari 57.000 warga negara China atas peran mereka dalam penipuan siber, menurut media pemerintah.
Pihak berwenang mengklaim upaya ini membuahkan hasil. Penipuan siber yang dilaporkan di China telah menurun secara stabil selama setahun terakhir, dan kejahatan semacam itu dikatakan telah “secara efektif dibendung.” (*)

